Debat TV One…Ffffuuuh…

Semalem saya nonton program debat dari TV One…

Sempet-sempetnya…saya ngerekam acara tersebut pakai kamera hape saya..hasilnya memang tidak maksimal…

Sudah 2 hari ini saya nonton program itu…

sumpah…saya gemes…apalagi semalam….duuuuuuuhhh….

saya jadi mengambil kesimpulan :

  • manusia itu memang merasa paling benar
  • manusia seneng banget kalo sudah nyari kesalahan orang
  • manusia itu ngerasa paling mampu dibandingin orang lain
  • manusia itu egosentris , ogah bekerja sama demi kepentingan orang banyak, maunya kerja sendiri dan jumawa menunjukkan kemampuannya
  • manusia itu ogah disalahkan
  • manusia itu belum dewasa kalau disuruh debat
  • manusia itu emosian
  • manusia itu seneng kalo disuruh ribut
  • manusia itu senang mengembangkan sebuah diskusi menjadi debat kusir
  • manusia itu…

Lhoh? Manusia itu kaaaaannn….

saya?

XOXO,

Toekang Roempi

TV Dan Video Games Meningkatkan Resiko Depresi Pada Remaja

Sebuah studi menunjukkan adanya keterkaitan antara kedua hal tersebut.

Menarik bukan? Dijaman serbasusah seperti ini, penelitian depresi yang terjadi ditengah2 masyarakat menjadi sesuatu yang cukup penting untuk menemukan antidotnya.

Bukan apa2, karena seringnya, depresi berujung pada tindakan2 negatif yang cenderung merusak diri sendiri dan orang lain juga mereka2 yang berada dilingkungan sekitar, itulah kenapa penting bagi kita untuk mengetahui sebab dan pemecahan dari pemicu stress yang berujung pada depresi.

Mungkin salah satunya adalah seperti yang disudah ditulis pada judul postingan ini, bahwa ada keterkaitan antara televisi dan video games pada resiko terjadinya depresi diusia remaja.

Para peneliti memulai studi ini pada lebih dari 4 ribu remaja sejak tahun 1995 , dimana waktu itu DVD dan internet belum terlalu luas digunakan.

Dilaporkan bahwa remaja yang menjadi subyek penelitian tersebut menghabiskan rata2 5,68 jam perhari dimana terbagi untuk 2,3 jam menonton televisi, 2,34 jam mendengarkan radio, 0,62 jam untuk menonton video, serta 0,41 jam untuk bermain games.

Tujuh tahun kemudian ketika usia rata2 para partisipan mencapai 21 tahun, hampir 308 orang diantaranya terindikasi mengembangkan gejala depresi.

Ditemukan pula bahwa remaja pria lebih rentan untuk mengembangkan bakat gejala depresi ini dibandingkan dengan remaja wanita yang sama2 menghabiskan waktu dengan menonton televisi.

Para peneliti menemukan, bahwa media, menggantikan banyak waktu yang seharusnya bisa digunakan oleh para remaja ini untuk bersosialisasi, melakukan aktifitas fisik, atau aktifitas yang merangsang otak, demi mencegah terjadinya gejala depresi.

Pesan2 yang disampaikan melalui media dalam bentuk tontonan, disinyalir mampu meningkatkan agresifitas, kecemasan dan gangguan identitas pada remaja.

Seringnya menonton televisi dimalam hari juga disinyalir berpengaruh pada kualitas istirahat yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang dan kemampuan kognitifnya.

Penyebab depresi memang cukup banyak. Masalah karir, keuangan, cinta dan keluarga, serta hal2 yang mungkin termasuk sepele, bisa membuat kita tertekan dan berujung pada depresi – seandainya memang ditanggulangi.

Untuk itu sangat penting bagi kita mengenali stressor dan depressor kita, agar pencegahan sejak dini bisa dilakukan.

(for the complete article, feel free to read here)

XOXO,

Toekang Roempi

Balada odong-odong dan anak-anak indonesia

Saya membaca satu kolom di Suara merdeka pagi hari ini tentang surat pembaca. Judulnya Lagu di Odong-Odong. Saya tuliskan kembali ya?

Permainan odong-odong sudah merambah sampai ke desa-desa. Permainan anak-anak berupa empat tempat duduk, dua diantaranya adalah berupa mobil-mobilan dan dua l;agi sepeda yang kepalanya berbentuk hewan. Yang ingin saya curahkan bukan odong-odongnya tetapi lagu anak-anak yang mengiringi permainan ini. Betapa indahnya lagu anak-anak yang dikumandangkan cukup lama dan selama puluhan tahun tidak pernah terdengar hingga timbul kerinduan tersendiri. Antara lain lagu kupu-kupu yang lucu, lihat kebunku, pada hari minggu, menanam jagung dan lainnya. Lagu-lagu tersebut muncul pada waktu saya masih duduk dibangku SR dan SMP yang dikemas dalam buku lagu anak-anak berjudul kutilang karangan ibu sud. Semoga odong-odong yang lewat setiap hari di gang rumah saya bisa terdengar oleh para guru TK dan diajarkan pada muridnya. Dengan demikian membangkitkan lagi lagu anak-anak, jangan sampai mereka menyanyikan lagu untuk dewasa seperti tayangan Idola Cilik. Kapan para musisi menciptakan lagu anak-anak seperti almarhumah ibu sud. Kepada RCTI mohon dalam acara Idola cilik memberlakukan lagu wajib dan pilihan nya betul-betul lagu anak-anak bukan lagu orang dewasa.

Ditulis oleh Sri Mulyani Rahayu – Dosen Fisip untag semarang. (suara merdeka edisi 29 januari 2009)

First of all when I read this letter, I said “thanks Maam,…udah punya kemauan menulis surat ini dan mengirimkannya ke media. Biar semua orang baca dan tahu bagaimana keprihatinan banyak pihak tentang perkembangan anak-anak Indonesia. Khususnya untuk masalah yang satu ini.

Saya sendiri geleng-geleng kepala ketika melihat bagaimana anak2 ini tampil di televisi dengan membawakan lagu2 orang dewasa.

Anak usia 10 tahun, nyanyi lagu peterpan…

Duh…

Padahal jaman saya dulu kenalnya lagu ya yang seperti ibu Sri sebutkan diatas tadi.

..

Perkembangan jaman memang tidak bisa dihindari. Buat sebagian orang mungkin ini adalah sebuah bentuk dari apa yang disebut sebagai dinamisasi. Sebuah perubahan, pergerakan dari satu titik ke titik lainnya. Dari waktu yang dulu ke waktu sekarang dan akan segera beranjak ke masa depan.

Tapi perkembangan anak2 bikin saya pening. Antara saya mikir mereka hebat dan saya mikir kasihan mereka, jadi komoditas.

Mungkin anak sekarang bakal bilang

“Nggak gaul kalo nggak nyanyi lagunya kangen. Nggak gaul kalo nggak bisa nyanyi lagunya wali”

Duh!

Padahal untuk konsumsi dewasa saja saya sering merasa bahwa banyak materi-materi yang tidak positif. Apalagi untuk anak-anak.

Saya jadi bertanya-tanya apakah sebenarnya anak-anak ini tahu apa yang mereka nyanyikan atau tidak.

Saya benar-benar prihatin….makanya saya tidak suka melihat acara idola cilik atau apalah tetek bengeknya…miris…

Kira2 di Indonesia ini ada nggak ya pencipta lagu anak2 yang masih bisa eksis?

Ah, sisi bisnis kadang2 memang luar biasa digdaya menentukan arah kemana semua ini akan dibawa.

PS : saya memang tidak pintar menjelaskan sesuatu, tapi inilah yang ada dalam kepala saya saat ini, bahwa saya sedang prihatin. Itu saja.

XOXO,

Toekang Roempi